Selasa, 31 Januari 2012

PENDIDIKAN PEREKONOMIAN SMA

Bab 1
Pendahuluan

A.    Latar Belakang Masalah
Proses belajar siswa perlu adanya motivasi yang dapat dijadikan pendorong terhadap daya serap siswa, sebab siswa diharapkan  apat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum, agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Dari prestasi belajar, guru dapat mengetahui kedudukan siswa yang pandai, sedang, atau kurang. Hal ini dirasa penting oleh karena rendahnya prestasi siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain ketidakpuasan terhadap prestasi yang diperoleh dan kurangnya rangsangan baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Dengan demikian pelajaran apapun yang diberikan oleh guru, hendaknya guru memotivasi siswanya dalam belajar yang efektif.
Media Lembar Kerja Siswa (LKS) dan buku cetak dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa, kegiatan belajar mengajar di sekolah.

B.    Rumusan masalah

a)    Mengetahui tingkat pembelajaran siswa  menggunakan lks.
b)    Mengetahui tingkat pembelajaran siswa  menggunakan buku cetak.

C.    Kesimpilan

Menyimpulkan hasil pembelajaran dari kedu buku tersebut. 
BAB II
PENDIDIKAN EKONOMI SMA
1.PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Seorang guru ekonomi selain harus menguasai materi bidang studi ekonomi (kemampuan akademis), juga harus memiliki keterampilan profesi sebagai pendidik (kemampuan profesi). Kedua hal ini merupakan keharusan agar ia menjadi guru yang profesional, sehingga dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya efektif dan optimal. Apalagi diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut guru kreatif dan inovatif menciptakan kondisi yang kondusif sehingga peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Guru yang diharapkan adalah guru yang menguasai dan memahami materi pelajaran , menyukai materi ajar yang menjadi tugasnya dan menyukai pekerjaan mengajar sebagai suatu profesi, memahami peserta didik, selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, selalu mempersiapkan proses pembelajaran, serta mendorong peserta didiknya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Gagne dan Ausubel (Hidayanto, 2001 : 1-2) mengatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru sebagai bagian dari pengembang kurikulum akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.
Agar tuntutan profesional dari seorang guru ekonomi tersebut tercapai, maka guru ekonomi harus memahami pula mengenai landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, konsep pembaharuan pembelajaran ekonomi serta prinsip-prinsip dalam pembelajaran ekonomi. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk memahami mendalami ketiga hal tersebut.
B. Landasan Filosofi Pembelajaran Ekonomi.
Pada dasarnya profesionalisme seorang guru menyangkut dua hal, yaitu profesi yang bersifat normatif dan profesi yang bersifat aplikatif. Profesi yang berifat normatif diantaranya adalah jujur, tekun, loyal, penuh dedikasi dan memiliki toleransi. Sedangkan profesi yang bersifat aplikatif yaitu melakukan kerja sesuai dengan job deskripsi yang telah ditentukan, melaksanakan kewajiban dan kewenangan yang dimilikinya. Dengan demikian seorang guru ekonomi yang profesional dapat melaksanakan pembelajaran ekonomi di kelas dengan baik, seperti menguasai materi pembelajaran ekonomi, mampu menyajikannya dengan baik serta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran ekonomi dengan baik pula.
Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto tahun 1999 mengungkapkan bahwa dalam Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP ditemukan ada beberapa permasalahan, yaitu :
1. Masih ada guru yang mengeluh dalam mengajar ekonomi di sekolah karena mereka memandang bahwa pelajaran ekonomi kurang menarik dan membosankan bagi siswa yang diajarnya
2. Mitos siswa bahwa guru ekonomi kurang berwibawa jika dibandingkan dengan guru matematika, IPA maupun bahasa Inggris, karena menurut siswa pelajaran ekonomi kurang mendukung untuk melanjutkan ke SMU bagian IPA sehingga dirasakan kurang penting
3. Pelajaran ekonomi dianggap sukar oleh siswa sehingga akibat kurang adanya kepastian empiris yang mudah dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
Agar permasalahan di atas tidak menjadi penghambat bagi guru ekonomi dalam melaksanakan tugas pembelajarnnya, maka seorang guru ekonomi harus memahami landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, yang antara lain terdiri dari:
1) Landasan filosofi akademik
2) Landasan filosofi kependidikan
3) Landasan filosofi sosial budaya.

1.1    Landasan Filosofi Akademik
Untuk dapat memahami landasan ini, coba Anda perhatikan ilsutrasi berikut: Seorang guru ekonomi di suatu sekolah menengah atas akan mengajarkan materi tentang koperasi sekolah. Guru tersebut memiliki pengalaman mengajar bidang ekonomi selama 5 tahun. Pada saat akan mengajarkan materi tersebut, guru tersebut tidak melakukan persiapan apapun, termasuk memahami karakteristik koperasi sekolah serta peraturan pemerintah tentang koperasi sekolah, padahal guru tersebut belum pernah menjadi anggota koperasi. Apa yang terjadi di kelas ?
Secara teori guru tersebut dapat mengajarkan materi mengenai koperasi sekolah, karena dari buku pegangan atau buku sumber materi tersebut cukup lengkap. Dengan kata lain guru tersebut hanya mengajar secara teks book. Padahal materi tentang koperasi sekolah selain memerlukan kajian konsep, juga yang utama adalah bersifat aplikatif artinya lebih banyak aspek afektif dan psikomotornya daripada aspek kognitif. Agar materi tersampaikan dengan baik, tentu diperlukan metoda mengajar untuk penguasaan kedua aspek tersebut, tidak hanya dengan metoda ceramah. Dengan kondisi yang demikian tentu saja indikator yang akan dicapai dari pembelajaran koperasi sekolah tersebut menjadi tidak tercapai, hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran tidak berjalan optimal dan efektif.
Oleh karena itu agar setiap pekerjaan/kegiatan bisa optimal dan efektif termasuk pula kegiatan pembelajaran ekonomi, maka perlu dilakukan perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu prinsip manajemen., yang menjadi landasan bagi prinsip-prinsip lainnya. Dengan berkeyakinan bahwa setiap pekerjaan yang didasari pada perencanaan (apalagi secara matang) akan memberikan hasil yang maksimal, maka dalam setiap pembelajaran ekonomi harus dibuat perencanaan pembelajaran. Harus dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan ”usaha sinkronisasi antara komponen pengajaran dengan kelengkapan sarana dan karakteristik siswa”. Dalam perencanaan pembelajaran ini terkandung aspek psikologis, aspek pedagogis, aspek manajerial dan aspek kontinuitas.
a) Aspek Psikologis: Seorang guru yang terampil membuat perencanaan pembelajaran dan setia membuatnya akan memiliki rasa percaya diri dan keberanian.
b) Aspek pedagogis: Perencanaan pembelajaran akan mendidik guru untuk disiplin dan berusaha untuk meningkatkan wawasan pengetahuan.
c) Aspek manajerial: Dengan perencanaan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan menjadi terarah, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Aspek kontinuitas: Dengan perencanaan pembelajaran akan menjamin adanya kesinambungan, baik dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar maupun dalam metari pembelajaran.

2.1    Landasan Filosofi Kependidikan
Landasan filosofi kependidikan sangat terkait dangan tujuan pendidikan baik dalam skala yang sempit (tujuan pembelajaran, tujuan bidang studi dan tujuan institusional) maupun skala yang lebih luas (tujuan pendidikan nasional). Secara umum pendidikan adalah proses perubahan dari yang semula tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Agar perubahan dari tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu dan tidak mengerti menjadi mampu, bisa, tahu dan mengerti dalam setiap pembelajaran ekonomi tersebut dapat tercapai maka diperlukan usaha yang terarah, dalam hal ini diperlukan adanya perencanaan pembelajaran ekonomi. Seorang guru jangan punya anggapan bahwa anak didik telah memiliki pengetahuan mengenai materi ajar yang disampaikannya. Disinilah tugas guru untuk menjelaskan kepada siswa, sehingga kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran yang dilakukannya tercapai.
Dari uraian di atas, maka landasan filosofi pembelajaran ekonomi menekankan kepada satiap guru ekonomi untuk memahami makna dari tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus (tujuan peembelajaran ekonomi). Dengan tahu apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajarannya, maka guru akan dapat menciptakan kegiatan belajar yang optimal dengan menggunakan pendekatan dan metoda pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan alat evaluasi yang tepat pula. Dengan demikian maka diharapkan kegiatan pembelajaran ekonomi menjadi efektif, sehingga tujuan pendidikan dan pembelajaran ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh:
Seorang guru ekonomi di SMA akan mengajarkan mengenai materi Kelangkaan, Biaya Peluang, Pilihan dan Pengalokasian Sumber Daya dan Barang.
Untuk ini maka guru harus paham dulu tujuan pembelajarannya, yaitu dengan indikator siswa dapat:
a) Mendeskripsikan pengertian kelangkaan sumber daya.
b) Membedakan pengertian biaya sehari-hari dengan biaya peluang
c) Mengidentifikasi pengalokasian sumber daya yang mendatangkan manfaat bagi banyak orang.
d) Bersikap rasional dalam menyikapi berbagai pilihan.
Bila dianalisis keempat indikator tujuan pembelajaran di atas, maka tujuan yang akan dicapai tersebut terdiri dari aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dengan mengetahui hal ini maka guru tersebut tidaklah tepat kalau mengajar hanya dengan menggunakan metoda ceramah saja, melainkan harus melengkapinya dengan metoda lain, seperti metoda diskusi (siswa mendiskusikan tentang kelangkaan atau tentang manfaat pengalokasian sumber daya) dan pemberian tugas (misalnya melakukan pengamatan di masyarakat lingkungannya) dengan dilengkapi pedoman pengamatan. Begitupun dengan media pembelajaran, dapat digunakan alat peraga berupa flow chart yang menggambarkan berbagai benda yang langka atau proses terjadinya kelangkaan, tabel tentang perhitungan biaya peluang dan biaya sehari-hari, dan sebagainya. Sedangkan alat evaluasi dapat digunakan lembar tugas pengamatan, tanya jawab (post test), proses diskusi dan sebagainya.
Dengan melakukan analisis setiap materi baik bahan maupun tujuannya, maka guru ekonomi tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajarannya sehingga tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam contoh di atas anak didik yang semula tidak mengerti mengenai kelangkaan menjadi mengerti, menjadi tahu dan terampil cara menghitung biaya peluang dan biaya sehari-hari, menjadi bersikap hemat dan sebagainya.


BAB III
ISI

A. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Jadi, Lembar Kerja Siswa ( LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Prinsipnya lembar kerja siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung permasalahan (problem solving) sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir mereka dengan memecahkan permasalahan tersebut. Lembar kerja siswa merupakan bahan pembelajaran cetak yang yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan.. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.
Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. (Dhari dan Haryono, 1988)
Adapun bagi siswa penggunaan LKS menurut Dhari dan Haryono (1988) bermanfaat untuk:
1. Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2. Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan.
3. Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.
4. membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bahan pembelajaran cetak terutama lembar kerja siswa adalahpada pengembangan GBPP bahan ajar cetak yang telah dikembangkan sebelumnya, terutama pada analisis kompetensi sampai pada insikator ketercapaiannya. Pengembangan indikator dalam GBPP haruslah benar-benar mewakili standart kompetensi dan kompetensi dasarnya,karena nantinya indikator ini yang akan dijadikan panduan dalam membuat soal. Materi yang ada di dalam lembar kerja siswa merupakan hanya sebuah ringkasan saja tetapi sudah mencangkup tentang apa yang akan dimengerti oleh siswa.
Latihan dan soal-soal yang dikembangkan harus menggunakan berbagai bentuk dan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak membosankan. Harus dicantumkan pula bagaimana langkah-langkah pengerjaanya jika soal tersebut berbentuk esai ataupun penugasan. Macam- macam lembar kerja siswa dibagi menjadi dua yaitu LKS terbuka dan LKS tertutup.
a) LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis. Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan lembar kerja siswa tertutup ini
b) LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru.
Komponen- komponen LKS sebagai berikut :
1) Kata pengantar
2) Daftar isi
3) Pendahuluan ( berisi analisis / daftar dari tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian berdasarkan hasil analisis dari GBPP)
4) Bab 1 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
5) Lembar kerja : berisi berbagai soal ataupun penugasan yang akan dikerjakan oleh siswa
6) Bab 2 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
7) Lembar kerja dst.
8) Daftar pustaka

B. Manfaat dan Fungsi Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu LKS juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Manfaat secara umum adalah sebagai berikut :
a) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran
b) Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar
c) Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis
d) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar
e) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
f) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, dan
g) Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep
Adapun manfaat secara khusus sebagai berikut :
a) Untuk tujuan latihan
Siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.
b) Untuk menerangkan penerapan (aplikasi)
Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.
c) Untuk kegiatan penelitian
Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data
tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika.
d) Untuk penemuan
Dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana.
e) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka
Penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.
Fungsi Lembar kerja siswa ( LKS ) dalam proses belajar mengajar ada dua sudut pandang, yaitu :
a. Dari sudut pandang peserta didik, fungsi LKS sebagai sarana belajar baik di kelas, di ruang praktek, maupun di luar kelas. Sehingga siswa berpeluang besar untuk mengambangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih ketrampilan, memproses sendiri dengan bimbingan guru untuk mendapat perolehannya.
b. Dari sudut pandang guru, melalui lembar kerja siswa dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode membelajarkan siswa, dengan kadar keaktifan peserta didik yang tinggi. LKS merupana salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberi tanggung jawab moril untuk menyelesaikan suatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut. Guru tidak memberi jawaban akan tetapi siswa diharapkan dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah yang ada dalam LKS tersebut dengan bimbingan atau petunjuk dari guru.


C. Karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan.
2. Merupakan bahan ajar cetak.
3. Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik.
4. Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dll.
D. Cara Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting, diantaranya sebagai berikut.
a) Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting.
b) Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah.
c) Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan, serta informasi / penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan peserta didik.
d) Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik, menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.
Agar lebih spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatgan Lembar Kerja Siswa (LKS) maka diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Syarat didaktik, Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

b) Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah
peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.


c) Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1) Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.
2) Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
3) Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.

Uraian di atas merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah terpenuhi maka melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk membuat LKS
1. Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun materi pokok.
2. Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya.
3. Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas.
4. Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian.
E. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Cara Mengatasi Kekurangannya
Kelebihan Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Guru dapat menggunakan lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran mandiri bagi peserta didik.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3. Praktis dan harga cenderung terjangkau tidak terlalu mahal.
4. Materi didalam LKS lebih ringkas dan sudah mencakup keseluruhan materi.
5. dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesame teman.
6. Kegiatan pembelajaran menjadi beragam dengan LKS.
7. Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS.
8. Tidak menggunakan listrik sehingga bisa digunakan oleh SD di pedesaan maupun di perkotaan.
Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu.
2. Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan media LKS tersebut serta memnfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru meninggalkan siswa dan kembali untuk membahas LKS itu.
3. LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara konsep yang akan diajarkan dengan LKS tersebut.
4. LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal,tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar.
5. Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat.
6. Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi dan sikap.
7. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain.
Cara mengatasi kekurangan dalam penggunaan lembar kerja siswa.
1. Guru diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-soal yang ada tidak kebanyakan terulang-ulang.
2. Peningkatan kualitas professional guru perlu dan juga peningkatan kesadaran seorang guru sebagai pendidik.
3. Dsekolah sebaiknya tidak terpaku dengan LKS yang dikeluarkan oleh penerbit tetapi diharapkan dengan keprofesionalan guru dapat membuat lembar kerja siswa yang lebih bermutu tinggi dari pada yang dikeluarkan penerbit.
4. Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu.
5. Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya audio-visual kalau ada.
6. Menambah kagiatan – kegiatan yang menstimulus siswa untuk aktif baik bertanya kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru.
7. Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain. Ataupun menambah sebuah kegiatan diluar kegiatan yang ada pada LKS tersebut.
F. Implikasi Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran
Dengan adanya media Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dapat pula digunakan dalam pendekatan ketrampilan proses, dimana Siswa berlatih mengumpulkan kosep sebanyak – banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.
Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal.
Implementasi pendekatan ketrampilan proses, dilakukan sesuai bagan desain pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui media LKS. Proses pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok kelompok. Pembelajaran dilakukan menggunakan berbagai macam metode, yaitu metode penemuan konsep, metode diskusi, dan metode latihan soal. Penerapan setiap metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran pada setiap pertemuan.

D.Buku Cetak Pelajaran Sekolah
Mereka yang memiliki uang cukup (banyak) tentu tidak akan merasa berat untuk membeli buku-buku cetak sekolah bagi anak-anak mereka yang sedang belajar di SD, SMP, SMA atau yang setingkat dengan itu.
Tetapi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang tentunya berjumlah jauh lebih banyak daripada yang mampu, keharusan membeli buku cetak pelajaran sekolah bagi anak-anak mereka dari waktu ke waktu pasti terasa berat. Dan keharusan membeli buku cetak yang baru untuk tahun pelajaran yang baru itu tidak bisa dihindari meski anak yang lebih tua hanya berbeda 1 kelas dengan sang adik, karena buku si kakak tidak bisa diturunkan kepada adiknya, sang adik harus dibelikan buku cetak yang baru.
Penulis merasakan sendiri hal yang sama, buku si kakak tidak bisa digunakan oleh sang adik, kalaupun dipaksakan akan membuat sang adik kerepotan dalam mengikuti pelajaran, karena buku pelajaran tahun yang berbeda memiliki perbedaan yang sedikit-sedikit disana-sini, misalnya nomor soal yang berbeda, cerita yang sama dengan nama tokoh berbeda, soal yang sejenis dengan nilai yang dibedakan, dll. Kalau dipaksakan, bisa jadi sang adik akan terlihat seperti anak bodoh karena jawaban-jawaban atas soal-soal yang dibuatnya akan berbeda dengan teman-temannya yang menggunakan buku cetak tahun terbaru. Pernah terjadi beberapa kali buku cetak itu hilang, dan untuk itu perlu dicarikan penggantinya, yang ternyata dicari di beberapa toko buku tidak tersedia, karena saat itu sudah mendekati akhir kwartal pelajaran dan toko buku tidak memiliki persediaan buku untuk kwartal berjalan dan mungkin juga mereka sedang mempersiapkan buku-buku untuk kwartal berikutnya atau dengan kata lain, buku tahun pelajaran yang hampir selesai tidak (banyak) tersedia, karena mereka (mungkin) sudah fokus ke penjualan buku-buku tahun pelajaran berikutnya.
Bukankah hal itu memang normal terjadi? Siapa yang mau menumpuk atau mencetak buku tahun pelajaran yang sudah berjalan, kalau pada tahun berikutnya buku cetak itu tidak dibutuhkan. Salahkah toko buku ataupun penerbit dalam hal ini? Tentu tidak bisa disalahkan.
Dimana letak kesalahan dalam sistem buku cetak pelajaran sekolah dengan masa pakai 1 (satu) tahun itu?
Permasalahannya, sudah klise, buku-buku cetak yang lama hanya dirubah sedikit-sedikit di sana-sini kemudian dicetak-ulang menjadi buku cetak tahun pelajaran tahun berikutnya, sehingga buku si kakak yang hanya 1 kelas diatas sang adik tidak dapat dipakai oleh sang adik di tahun ajaran berikutnya. Perubahannya hanya sedikit-sedikit disana-sini dan tidak merupakan satu keharusan yang sangat perlu. Perubahan itu dibuat sedemikian rupa agar tidak bisa dipakai di tahun pelajaran berikutnya, sehingga sang adik kelas harus dibelikan buku-buku cetak yang baru.
Nah, itu pada keadaan masyarakat dalam keadaan aman dan damai, tetapi bagaimana bila bencana-bencana yang saat ini terus silih berganti menimpa masyarakat di seantero wilayah nusantara, dimana mereka yang tertimpa bencana itu kehilangan buku-buku pelajaran mereka, baik sang guru maupun sang murid. Tentu mereka akan sulit untuk meneruskan proses belajar-mengajar, karena tidak memiliki buku-buku cetak pelajaran sekolah. Adakah hal ini diliput oleh media massa? Adakah para penguasa daerah memperhatikan hal ini? Apakah kita akan biarkan hal ini terus menghancurkan generasi penerus bangsa Indonesia!?
Silahkan rekan-rekan redaksi merubah/mengedit tulisan saya untuk dijadikan satu bahan renungan semua anggota masyarakat, terutama para pemimpin bangsa, mereka yang di parlemen, yang menentukan kebijakan dan kebijaksanaan dalam proses pendidikan dan pembangunan bangsa Indonesia.
Cobalah dilihat kasus besar yang mungkin bisa dilihat secara nasional. Dimana banyak terjadi bencana banjir hampir di seantero pelosok Indonesia, ada yang hanya beberapa hari terendam banjir, ada yang seminggu dan ada yang berminggu-minggu. Anak-anak korban banjir tidak bisa sekolah dan saat banjir surut, mereka tidak punya buku-buku untuk melanjutkan sekolah, sekolah-sekolah yang ikut terendam juga kehilangan buku-buku mereka. Buku-buku cetak rusak terbenam banjir.
Pertanyaannya: Apakah mereka yang kehilangan buku-buku cetak itu dapat membeli buku-buku cetak yang baru?
Andaikata mereka punya uangpun akan sulit mendapatkan buku-buku cetak untuk tahun berjalan, karena toko buku ataupun penerbit tentu tidak bersedia menumpuk buku-buku tahun berjalan, mereka sedang memikirkan bagaimana mencetak buku cetak yang baru dan menjualnya di tahun yang akan datang.
Bisakah dibayangkan bagaimana para korban bencana itu meneruskan proses belajar-mengajar mereka, para guru dan murid-murid itu? Bagaimana para guru akan menetapkan ulangan dan ujian mereka, karena guru-gurupun kehilangan buku-buku mereka? Jangankan memikirkan ujian nasional, ujian sekolah pun berat dilaksanakan, karena guru dan murid kehilangan buku-buku cetak mereka. Darimana mereka akan belajar? Darimana akan dibuatkan ulangan?
Coba dirubah skenarionya. Anggaplah buku-buku cetak itu tidak dirubah setiap tahun, misalkan saja sekali dibuat dapat dikatakan baku (masa pakai) untuk 10 tahun atau 5 tahun. Setiap ada yang kehilangan buku-buku cetaknya, mereka tentu bisa membeli yang baru di toko buku, dan toko buku tidak merasa rugi untuk menyimpan buku-buku cetak itu, mereka akan terus memajangnya di etalase penjualan mereka karena buku-buku itu tetap bisa dijual di tahun berikutnya dan penerbit juga tidak akan keberatan untuk mencetak ulang buku-buku itu karena tetap dapat dijual untuk tahun pelajaran berikutnya. Dengan strategi buku baku untuk 10 atau 5 tahun, bangsa yang sering kebanjiran ini tidak akan kesulitan mendapatkan buku-buku cetaknya. Proses belajar-mengajar dapat terus berlangsung walau bencana datang dan pergi.
Memang kehilangan buku-buku cetak itu tidak dialami seluruh anak negeri, tetapi keadaan tidak memiliki buku-buku cetak itu jelas akan mempengaruhi kualitas keseluruhan anak negeri ini sebagai penerus bangsa. Mereka yang kehilangan akan menghambat seluruh sistem pendidikan generasi penerus bangsa, mengancam pembangunan sumber daya manusia Indonesia! Akankah kita pertaruhkan masa depan bangsa dan negara Republik Indonesia hanya pada batasan pembuatan dan penerbitan buku-buku cetak yang berbeda dan berubah di setiap tahun pelajaran?
Hanya demi keuntungan dari penjualan buku-buku kita pertaruhkan masa depan seluruh bangsa Indonesia!? Kejayaan bangsa Indonesia?? Hanya demi profit???
Banyak orang pintar yang tidak akan bersedia merubah sistem pengadaan buku-buku cetak pelajaran yang telah berjalan selama beberapa puluh tahun belakangan ini, mereka lebih berpikir bagaimana membuat setiap orang tua harus dengan terpaksa membeli buku-buku cetak yang baru meski anak-anak mereka duduk di kelas yang berturutan. Bagaimana membuat buku-buku pelajaran dari tahun pelajaran yang telah berjalan tidak dapat digunakan lagi di tahun pelajaran yang baru, dan hanya itulah cara berpikir mereka. Mereka memang pintar dalam berbisnis, tetapi mereka melupakan kemungkinan hilangnya buku-buku dalam berbagai keadaan bencana yang terus datang silih berganti, keadaan yang menyebabkan sebagian anak-anak diantara generasi penerus bangsa ini kehilangan kesempatan belajar dengan baik karena mereka kehilangan buku-buku mereka dalam berbagai kejadian bencana selama ini, dan mereka tidak bisa mendapatkan buku-buku cetak karena buku-buku cetak tahun pelajaran berjalan sudah tidak ada di pasaran.
Begitulah kalau pintar keblinger, pikiran mereka para penentu kebijakan dan kebijaksanaan hanya sampai kepada bagaimana memaksakan sistem pengadaan buku dan penjualan buku cetak yang baru untuk tahun pelajaran yang baru tetapi lupa akan kesadaran akan kehidupan berbangsa dan bernegaranya, lupa akan masa depan bangsa dan negara. Mereka hanya pintar dalam mencari keuntungan dari sistem pengadaan buku cetak, tetapi sangat bodoh dalam melihat ketimpangan proses belajar-mengajar anak-anak bangsa.
Adakah jalan keluar dari berbagai kasus bencana yang terus silih berganti di seantero nusantara Indonesia? Ada sih! Kalau para penerbit dan toko buku memang punya sedikit kesadaran dan tanggung jawab kepada bangsa dan negara! Dimana saat bencana menghadang, mereka serta merta menyiapkan buku-buku cetak tahun pelajaran tahun berjalan, meski buku-buku itu tidak bisa dijual di tahun pelajaran yang baru (pergantian tahun ajaran mungkin hanya 2 atau 3 bulan dari kejadian bencana).
Adakah tanggung jawab dan kesadaran untuk sedikit merugi saat sebagian masyarakat di bagian lain Indonesia sedang menghadapi bencana?
Masalah berikutnya: Apakah para korban bencana mampu membeli buku-buku cetak yang baru! Kalau mereka tidak mampu??
Anggaplah mereka masih mampu, tetapi saat itu tinggal 1 atau 2 bulan ke akhir tahun pelajaran, mereka memang harus membeli buku-buku itu, karena diperlukan untuk belajar menghadapi ulangan akhir tahun. Lalu buku-buku baru harus dibeli, buku-buku yang baru dibeli harus dibuang karena tidak bisa dipakai oleh adik kelas.

MASA BAKU HARUS CUKUP LAMA
Sebenarnya, yang paling baik adalah menetapkan buku-buku cetak pelajaran sekolah berlaku untuk masa pakai 10 tahun atau 5 tahun. Kemudian buku-buku itu dimiliki oleh pemerintah daerah setempat, dipinjamkan kepada para siswa selama tahun pelajaran berlangsung. Setiap kekurangan buku langsung dipesan kepada toko buku atau penerbit, dan buku-buku yang baru dibeli tidak akan kehilangan gunanya ataupun harganya, karena tahun-tahun berikutnya akan dapat dipergunakan seterusnya.
Kalau bencana banjir terus datang dan datang lagi?
Mungkin perlu dicari teknologi lain yang memiliki kemampuan ‘waterproof’ atau ‘banjirproof’, tahan direndam dalam air, sekalian saja ‘schockproof, ‘antimagnetig’, dan jangan lupa harus ‘korupsi-free’, ‘kolusi-free’, dst. Bikin saja buku yang lembarannya menggunakan plastik tahan air, tetap jernih dan bening walau direndam lumpur berminggu-minggu.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan-pembahasan pada makalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Media cetak berupa LKS merupakan bahan pembelajaran cetak yang dikemas dengan hanya menekankan pada latihan, tugas dan soal namun mampu memenuhi tingkat pembelajaran yang baik,sedangkan  buku cetak dilengkapi dengan penjabaran yang lebih lemgkap namun sedikit lebih mahal.
2. Lembar kerja siswa memiliki komponen dan karakteristiknys sesuai dengan media pembelajarannya,sedang buku cetak memiliki karakteristik yang lebih kompleks dan keritis memiliki penjabaran melalui beberapa aspek.
3. Implementasi pendekatan ketrampilan proses menggunakan LKS mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik, terlebih lagi jika media cetak seperti LKS dipadukan dengan media-media pembelajaran lain yang menunjang.
4. Media LKS memiliki kelebihan dan kekurangan. Tetapi kekurangan itu dapat diatasi oleh seorang guru meskipun tidak sepenuhnya teratasi.
5. Penerapan pendekatan ketrampilan proses pada mata pelajaran terbukti lebih meningkatkan hasil belajar siswa serta lebih membekali siswa dengan sejumlah ketrampilan proses belajar, sehingga akan lebih meningkatkan aspek nilai afektif siswa selama pembelajaran berlangsung.
Kedua media pembelajaran di atas sama sama mempunyai kontribusi yang besar hanya saja lks lebih mengedepankan inti dari pokok permasalahan dalam suatu pembelajaran(rangkum)namun tidak meninggalkan kualitas pembelajaran dan lebih merakyat (mura).
Dari segi pendidikan keduanya saling mengisi dan berperan baik bagi siswa sekolah dan pendidikan nasional.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam menggunakan lembar kerja siswa. Disamping itu guru hendaknya mampu menciptakan kreatifitas dalam pembelajaran, sehingga pelajaran akuntansi menjadi lebih menyenangkan serta mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Usman, Moh Uzer dan Lilis setyawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali.
Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988. Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud.
Sungkono dkk. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Siddiq, M. Djauhar, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembalajaran SD. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Darliana. 1991. Metode Pembelajaran Ketrampilan Proses. Jakarta: Depdikbud.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More